Sabtu, 31 Desember 2011

mengeja kata ikhlas

aku masih menyimpan pesan itu.

Ahlan wa sahlan!
Selamat bergabung dengan rombongan kafilah perindu surga!

Juga mengingatnya.

Kisah ini adalah sejarah kami. Sekeping hati, segenggam harapan, seberkas mimpi. Dan sebab fikroh bergandengan, memeluk hangat dakwah ini.

Betapa senang dan bahagia, saat diri yang masih jauh dari kebaikan ini, diajak bergabung dengan yang lain dalam rombongan kebaikan, kafilah perindu surga.. Betapa haru rasanya diberi kepercayaan untuk menjadi bagian kecil dari sejarah dakwah ini, dakwah yang telah berjasa besar dlm hidupku, dakwah yang telah mengubahku menjadi seperti sekarang. Dan aku berkata, Ya! Na'am.

Perjalanan itu tidak mudah, namun bukan berarti sulit. Tiap fase lelah perjuangan, kusemangati dengan tujuan akhir destinasi kami, jannahNya. Juga semangat untuk tetap menyebarkan kebaikan di surau itu, sekolah kami. Meski rasa letih tak hentinya menggodaku untuk berhenti, dan aku bertahan.
Sampai di suatu ketika, aku merasa tidak bisa memberikan yang terbaik yang ku punya. Aku merasa aku tidak total dalam menjalankan amanah ini, terlebih terlalu sering aku mengecewakan dakwah ini karena agenda lain yang lebih kupentingkan. Aku khawatir, dan aku bingung.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk tawazun, dan aku sangat ingin untuk mencurahkan segala yang kupunya untuk dakwah ini, namun tempat itu, tidak bisa kutinggalkan. Ikhwahfillah, rumput disana sudah terlalu kuning dan tak bisa kubiarkan terus menguning. Aku harus membuatnya hijau, hijau seperti rumput yang kita rasakan dalam dakwah ini.
Namun, kurasa, akulah yg salah. Yang tidak bisa mempergunakan waktuku dengan baik, yang tidak mampu amanah dalam segala amanah yang kupunya, yang masih tidak dapat berbuat yang terbaik untuk dakwah ini,
dan, ikhlas itu, ternyata, yang belum aku miliki..
Saat aku memutuskan untuk mundur dari rombongan ini, keputusan terberat dan tersulit yang kubuat, karena aku begitu mencintai tempat ini, dakwah ini, karenaNya, karena rasanya ingin aku membalas semua nikmat dan hidayah yang telah Allah swt berikan kepadaku, melalui perantara dakwah ini, namun kekhawatiran tidak bisanya ku berbuat tawazun akan waktu yg kupunya, membuatku harus memutuskan. Sakit rasanya.
Entah mengapa semakin sakit saat melihat nama-nama kafilah baru itu, sedangkan aku tidak termasuk di dalamnya. Sakit. Ada perasaan aneh, aku tidak tahu apa.
Namun, ku menduga, itu ikhlas. Keikhlasan ku dipertanyakan.
Awalnya, aku mungkin sedih dan sakit karena tidak lagi bisa berkontribusi di dakwah ini, namun setelah itu sakit ini berubah menjadi sakit karena kecewa tidak lagi mendapat pandangan manusia dan dunia, bukan ridho Allah. Aku baru saja menyadarinya. Belajar mengeja kata ikhlas, kemudian menerapkannya. Mengambil hikmah dari kisah batu bata, dan aku tak perlu jadi yang terlihat dalam dakwah ini, cukup kontribusi sekuat tenagaku dalam menguatkan pondasinya. Ya, dan aku bertekad. Kulakukan semampuku, setawazun yang kubisa, seikhlas yang baru kupelajari, karena aku mencintai dakwah ini, dan masih ingin menjadi bagian dari rombongan kafilah perindu surga..

-satudarisekianresolusidi2012-

Minggu, 18 Desember 2011

Hadits Arbain ke 37

Hadits Arbain ke 37
KEADILAN ALLAH TA’ALA, KARUNIA DAN KEKUASAANNYA


1. Arti Hadits
Dari Ibnu Abbas ra. Dari Rasulullah saw., beliau meriwayatkan wahyu dari Tuhannya-Tabaaroka wata’aalaa, Dia berfirman: “Sesungguhnya Akkah menetapkan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menerangkannya. Barangsiapa berhasrat mengerjakan kebaikan namun tidak jadi mengerjakannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan seutuhnya. Jika ia berhasrat mengerjakan kebaikan lalu benar-benar mengerjakannya, Allah mencatat nilai kebaikan itu sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan berlipat ganda lagi. Dan barangsiapa berhasrat mengerjakan keburukan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan seutuhnya. Jika ia berhasrat mengerjakan keburukan lalu benar-benar mengerjakannya, Allah hanya mencatat satu keburukan untuknya.” (Hr. Imam Bukhori dan Muslim)

2. Pelajaran dari hadits
a. Setiap amal baik yang dikerjakan oleh seorang muslim akan dilipatgandakan 10 kali lipat sampai 700 kali lipat sampai beberapa kali lipat yang tak terhingga, dan setiap amal buruk yang dikerjakan seorang muslim akan ditulis 1 kali keburukan.

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”QS Al An’aam 160.

Tetapi keburukan kadang-kadang dampak dosanya akan lebih besar karena dilihat dari sisi masa, tempat, atau pelakunya. Misalnya:
- Keburukan ketika dikerjakan di bulan-bulan yang mulia (dzulqo’dah, dzulhijjah, muharram, dan rajab) maka dosanya akan lebih besar disbanding bulan-bulan lainnya karena bulan-bulan tersebut lebih mulia bagi Allah swt disbanding bulan-bulan yang lain.
- Keburukan manakala dikerjakan pada saat melaksanakan ibadah haji
- Keburukan jika dikerjakan oleh orang yang lebih mulia derajatnya bagi Allah dan kekuatan ma’rifatnya kepada Allah serta kedekatan ia kepadaNya.

“Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.” QS Al Ahzab 33

b. Berkeinginan dan bertujuan untuk beramal baik akan ditulis 1 pahala, berkeinginan dan bertujuan untuk beramal keburukan tidak akan ditulis dosa baginya jika tidak berhasil untuk dikerjakan
c. Karunia Allah yang sangat besar kepada hamba-hambaNya, dimana Allah swt tidak membinasakan umat ini kecuali mereka tidak menjatuhkan diri mereka sendiri kepada kerusakan dengan melanggar batas-batas Allah, mengerjakan dosa dan berpaling dari kebajikan.
d. Malaikat mengetahui keinginan dan tujuan manusia baik dengan ilham atau dengan disingkapnya hati seseorang
e. Rahmat Allah swt kepada hamba-hambaNya yang beriman sangatlah luas, Maha Pengampun kepada seluruh umat manusia yang bertaubat kepadaNya dan pemberianNya tidak terbatas
f. Allah tidak menindak kepada pembicaraan hati dan berfikir maksiat kecuali dibuktikan dengan amal anggota
g. Seorang muslim harus senantiasa berniat untuk mengerjakan kebaikan, agar ditulis kebaikan untuknya, melatih diri untuk mengerjakannya ketika dimudahkan sebab-sebab untuk mengerjakannya
h. Ikhlas dalam mengerjakan taat dan meninggalkan maksiat adalah sebagai dasar untuk mendapatkan pahala dan semakin tinggi ikhlasnya maka semakin besar dan semakin banyak pahalanya.


Sumber : Buku Mudzakiroh Hadits II, Oleh: M.Sirojudin, Lc, Ma’had studi dan da’wah Islam IQRO’

Senin, 12 Desember 2011

(Ikan, Laron dan Semut –by: FATIH)


Aku senang, aku senang
Tapi bingung, aku bingung
Aku senang, aku senang
Tapi heran, aku heran..

Dan akupun bertanya..
Pada semua ikan di kolam
Tiadakah kau bosan, disitu…
Dan diapun menjawab,tiada bosan
Walau berada di tempat sekecil ini
Karena ku di sini, setiap hari, bersama Tuhanku

Dan akupun bertanya..
Pada laron-laron berterbangan
Kenapa kau hidup semalam…
Dan Iapun menjawab,Tiada tersiap..
Walau hanya semalam aku hidup di dunia
Karna dalam semalam..
aku hidup, Ku sebut Tuhanku…
back to *)

Dan akupun bertanya..
Pada semut-semut di sarangnya..
Tidakkah kau merasa lelah bekerja…
Dan Dia pun menjawab, Tiada lelah..
Walau sepanjang hidup aku terus bekerja,
Karna setiap saat dalam bekerja, bersama Tuhanku..

Dan ikanpun menjawab,tiada bosan
Walau berada di tempat sekecil ini
Karena ku di sini, setiap hari, bersama Tuhanku

Dan laronpun menjawab,Tiada tersiap..
Walau hanya semalam aku hidup di dunia
Karna dalam semalam,aku hidup, Ku sebut Tuhanku…

Dan semutpun menjawab, Tiada lelah..
Walau sepanjang hidup aku terus bekerja,
Karna setiap saat, dalam bekerja, bersama Tuhanku..

Dan aku bertanya, pada jiwaku
Sejauh apa…hidup tanpa Tuhanmu
Dan aku bertanya, pada hatiku
Sedalam (selama) apa…hidup tanpa Tuhanmu
Dan aku bertanya, pada diriku
Sekeras apa… kerja tanpa Tuhanmu (3x)


Aku malu dengan ikan, laron dan semut…
aku bertanya pada jiwaku, hatiku, dan diriku….

gudanglagu.com

biarlah


meskipun diri ini seseorang yang berkepribadian sensitif, aku tidak akan pernah menangis karena dunia. Airmata dunia rasanya telah kuhabiskan 2 tahun lalu, penolakan STIS dan STAN. Tapi ini berbeda. Kejadian yang begitu mengiris hati. Kenapa kalian begitu memaksa aku untuk melakukan hal yang benar-benar tidak dapat ku lakukan. Kenapa kalian terus menerus menyakiti perasaan ku dengan selalu melakukan hal yang sama ??

aku mencoba untuk tidak akan menyalahkan keadaan dan kalian.
Introspeksi diri.
Beradaptasi dengan lingkungan baru. lingkungan yang sangat jauh berbeda dengan lingkungan saya terdahulu. aman, nyaman, dan hijau.
masih sering aku menyalahkan diriku sendiri, kenapa bisa-bisanya aku berada di tempat ini. namun, rasa ridho kepada takdirNya lah yang membuatku bertahan. sampai detik ini masih berusaha keras mencari hikmah terdalam kenapa Allah swt menempatkanku disini.

mewarnai, dan bukan terwarnai.
memang tidak terwarnai sih, namun untuk mulai mewarnai itu ternyata tidaklah mudah. cukup sulit apalagi dengan kondisi yang 180 derajat belum kupahami. dengan orang-orang dan sifat mereka yang tidak ku mengerti sama sekali.

visi menciptakan kesholehan umat dari kesholehan pribadi pun sulit kuciptakan. malahan, merekalah yang terkadang menjadi musuh dalam dakwahku sendiri. menyakitkan. tiga tahun dalam rumput yang hijau mungkin melenakanku. membuatku hanyut dalam nyaman dan tenangnya dakwah ini. dan ketika Allah menempatkanku disini, aku belum siap.

5 tahun yang lalu di sekolah itu, awal prinsip syar'i mulai tertanam dalam diri, hingga selama tiga tahun membuatnya melekat dalam diriku, segala puji hanyalah untuk Allah swt. disaat waktunya aku harus pergi darinya, aku siap. namun, kesiapanku mungkin belum sempurna. aku belum siap dengan oranglain disekitarku yang berbeda prinsip denganku. ingin rasanya membagi hidayah dan rasa yang kurasakan, namun sulit mereka terima. atau mungkin, mereka pikir akulah yang aneh dan seharusnya mengikuti prinsip mereka. entahlah.

prinsip ini, begitu mengikatku. tapi aku senang, karena itu adalah tanda bahwa Allah mencintaiku, dan selalu menjagaku. tapi aku sedih, karena mereka terus menerus menyakitiku dengan perkataan dan sikap yang mereka lakukan. ya Rabb, mengapa tantangan dakwah kini rasanya semakin sulit, dan mengapa Engkau takdirkan aku melewati fase ini, disini? mengapa tidak Engkau biarkan aku berada di tempat yang kembali hijau seperti sedia kala. hikmah apa ya Rabb, yang Engkau selipkan di dalamnya?

yang kini kian terasa, aku semakin dekat denganNya, mencintaiNya. merasakan Allah dalam setiap gerak langkahku, desah nafasku, dan tidur malamku. memang hidup adalah pilihan. disaat mereka sibuk mencari cinta, aku harus sibuk mencari iman...