Sabtu, 19 Januari 2013

rangkuman PATOFISIOLOGI SISTEM SARAF



PATOFISIOLOGI SISTEM SARAF
Disusun oleh: Selvi Dwi Cahyaningsih /  1204017044 / Konversi 2012

I.       Bidang dasar sistem saraf
Sistem saraf adalah sekumpulan serabut sel-sel saraf, atau neuron-neuron. Sel-sel ini merupakan sel-sel dengan prosesus percabangan yang panjang (serabut saraf) yang dapat mengirimkan impuls saraf. Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian:
1.      Sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri atas:
·         Dua hemisfer serebrum
·         Serebelum
·         Batang otak
·         Medulla spinalis

2.      Sistem saraf perifer yang terdiri atas seberkas
serabut saraf yang ke luar dari SSP yang menjalar
ke seluruh tubuh sebagai saraf perifer. Saraf-saraf
tersebut adalah:
·         Saraf-saraf kranial
12 pasang saraf timbul dari batang otak untuk
mempersarafi sebagian besar kepala dan leher.
·         Saraf-saraf spinal
31 pasang saraf yang timbul dari medulla spinalis
untuk mempersarafi batang tubuh dan anggota
gerak.

Secara fungsional, sistem saraf dibagi menjadi:
1.      Sistem saraf somatis
Yang berhubungan dengan impuls ke anggota gerak
dan dinding tubuh
2.      Sistem saraf autonom
Yang berhubungan dengan impuls visera dan ke pembuluh darah.
Banyak neuron-neuron secara individual menembus batasan pembagian ini dan sistem saraf berfungsi dalam koordinasi dan cara yang menyatukan.
II.    Neuron
Neuron merupakan unit fungsional dari sistem saraf. Neuron terdiri atas badan sel, yang mempunyai nukleus yang dikelilingi oleh protoplasma, dan dilapisi oleh membran sel, dan serabut saraf, yang biasanya merupakan akson tunggal panjang yang menghantarkan impuls menjauhi badan sel, dan beberapa dendrit kecil yang menerima masukan impuls.
 
Serabut saraf yang lebih besar biasanya bermielin dan diselingi nodus pada setiap millimeter atau lebih. Saraf perifer dikelilingi oleh sel-sel Schwann yang khusus. Sel-sel ini menghasilkan selaput mielin sehingga memungkinkan terjadinya perbaikan serabut saraf. Tidak terdapat sel-sel Schwann pada SSP, dengan demikian tidak memungkinkan adanya perbaikan jika terdapat kerusakan di SSP. Di dalam SSP neuron disokong dan diberi makan oleh sel-sel glia yang khusus antara lain sel satelit, sel oligodendrosit, sel astrosit, sel mikroglia, dan sel ependim.
Macam-macam neuron:
1.      Neuron sensorik (afferent), berfungsi menerima rangsang dan meneruskan ke saraf pusat
2.      Neuron konektor (interneuron), berfungsi menghubungkan antara neuron sensorik dan motorik
3.      Neuron motorik (efferent), berfungsi mengirimkan respon dari saraf pusat ke efektor.

III.  Transmisi impuls saraf
Impuls akan dirambatkan di sepanjang neuron sampai ke saraf pusat untuk diolah. Namun antara neuron yang satu dengan yang lain itu tidak bersambung/ menempel, melainkan ada celah. Jika ada celah, maka impuls tidak akan bisa sampai ke saraf pusat. Jadi diperlukan suatu struktur khusus agar impuls bisa tetap sampai ke saraf pusat. Struktur itu adalah Sinapsis.
Penghantaran impuls pada sinaps:
1.      Impuls sampai di ujung akson pra sinaps
2.      Terjadi eksositosis vesikel neurotransmiter
3.      Neurotransmiter keluar di celah sinaps
4.      Neurotransmiter berenang menuju dan menempel di reseptornya, di neuron pasca sinaps
5.      Menempelnya neurotransmiter pada reseptornya mengakibatkan terjadinya depolarisasi neuron pasca sinaps, shg terbentuk impuls baru
6.      Impuls yg terbentuk akan dirambatkan sampai ke SSP



IV. Sistem Saraf Pusat
 Otak
1.     
     Otak terdiri dari dua belahan. Mempunyai permukaan yang berlipat-lipat untuk memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf. Bagian dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf.
    

2.      Medulla spinalis
      Potongan melintang medulla spinalis memperlihatkan bahwa saraf-saraf spinal dibentuk dari dua radiks saraf, yaitu radiks posterior (dorsal/sensoris), dan radiks anterior (ventral/motorik).
     
 
V.    Sistem Saraf Perifer
Saraf pusat bertugas mengolah informasi, sedangkan yang bertugas menangkap/menerima rangsang dan meneruskan tanggapan adalah saraf  tepi/ saraf perifer. Saraf perifer disusun oleh saraf otak (kranial) dan saraf medulla spinalis (spinal). 
1.      Saraf sensoris (saraf aferen) disebut juga sel saraf indera, karena berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)
2.      Saraf motoris (saraf eferen) berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari pusat saraf ke otot atau kelenjar berupa respon.
·         Saraf volunter/somatik/sadar yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak
·         Saraf involunter/otonom/tidak sadar berperan dalam mengendalikan tubuh yang tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Dibagi menjadi dua berdasarkan posisi ganglion : simpatis (ganglion menempel pada sumsum tulang belakang) dan parasimpatis (menempel pada organ yang dibantu).

VI. Kelainan dan penyakit pada sistem saraf manusia

1.      Neuritis            : peradangan pada saraf, melibatkan satu atau sekumpulan saraf yang disebabkan kelebihan asam tubuh kronis, dimana asam pada darah dan cairan tubuh lain berlebih. Semua cairan tubuh seharusnya basa pada setiap reaksi. Bisa juga karena kekurangan gizi, atau gangguan metabolisme seperti kesalahan metabolisme kalsium, kekurangan beberapa vitamin B seperti B12, B6, B1, asam pantotenik dan B2. Gejala : rasa kesemutan/terbakar/tertusuk pada saraf yang terpengaruh, pada beberapa kasus menyebabkan mati rasa, lumpuh, dan kesulitan berjalan.
2.      Parkinson       : penyakit kemunduran otak akibat kerusakan bagian otak yang mengendalikan otot. Gejala: tubuh selalu gemetar, sakit dalam berjalan dan bergerak, dan berkoordinasi.
3.      Stroke             : kerusakan pada otak akibat pecah/tersumbatnya pembuluh darah pada bagian kepala. Gejala: Biasanya terjadi secara tiba-tiba, beberapa detik sampai menit, dan pada kebanyakan kasus tidak berlanjut lebih jauh. Gejala yang terlihat sesuai dengan daerah otak yang terpengaruh. Semakin lebar luas daerah yang terpengaruh, semakin banyak juga fungsi yang hilang.
4.      Meningitis      : peradangan pada selaput pembungkus otak yaitu meninges yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitis atau virus lainnya.
5.      Epilepsi           : kelainan pada neuron-neuron di otak akibat kelainan metebolisme, infeksi, toksin, atau kecelakaan sehingga penderita tidak dapat merespon rangsang saat kambuh.
6.      Alzheimer       : gangguan saraf berupa penurunan kemampuan mengingat.
7.      Afasia             : kehilangan daya ingat karena kerusakan pada otak besar bagian tengah
8.      Ataksia          : penyakit degeneratif akibat mengecilnya otak kecil. Gejala: kesulitan mengontrol gerak tubuh.
9.      Transeksi       : gangguan pada sistem saraf terutama medulla spinalis karena jatuh atau tertembak sehingga penderita akan kehilangan segala rasa.
10.  Multiple schlerosis     : penyakit saraf kronis yang mempengaruhi SSP sehingga dapat menyebabkan gangguan organ seperti rasa sakit, masalah penglihatan, sampai kelumpuhan.
11.  Hidrocephalus : pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang terkumpul di otak akibat peradangan serebrospinal.

DAFTAR PUSTAKA:
1.      Anatomi fisiologi, Kelenjar endokrin dan sistem persyarafan, Edisi 2, Cambridge Communication Limited, EGC, Jakarta, 1998.
2.      www.scribd.com/kelainan-pada-sistem-saraf/