aku masih menyimpan pesan itu.
Ahlan wa sahlan!
Selamat bergabung dengan rombongan kafilah perindu surga!
Juga mengingatnya.
Kisah ini adalah sejarah kami. Sekeping hati, segenggam harapan, seberkas mimpi. Dan sebab fikroh bergandengan, memeluk hangat dakwah ini.
Betapa senang dan bahagia, saat diri yang masih jauh dari kebaikan ini, diajak bergabung dengan yang lain dalam rombongan kebaikan, kafilah perindu surga.. Betapa haru rasanya diberi kepercayaan untuk menjadi bagian kecil dari sejarah dakwah ini, dakwah yang telah berjasa besar dlm hidupku, dakwah yang telah mengubahku menjadi seperti sekarang. Dan aku berkata, Ya! Na'am.
Perjalanan itu tidak mudah, namun bukan berarti sulit. Tiap fase lelah perjuangan, kusemangati dengan tujuan akhir destinasi kami, jannahNya. Juga semangat untuk tetap menyebarkan kebaikan di surau itu, sekolah kami. Meski rasa letih tak hentinya menggodaku untuk berhenti, dan aku bertahan.
Sampai di suatu ketika, aku merasa tidak bisa memberikan yang terbaik yang ku punya. Aku merasa aku tidak total dalam menjalankan amanah ini, terlebih terlalu sering aku mengecewakan dakwah ini karena agenda lain yang lebih kupentingkan. Aku khawatir, dan aku bingung.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk tawazun, dan aku sangat ingin untuk mencurahkan segala yang kupunya untuk dakwah ini, namun tempat itu, tidak bisa kutinggalkan. Ikhwahfillah, rumput disana sudah terlalu kuning dan tak bisa kubiarkan terus menguning. Aku harus membuatnya hijau, hijau seperti rumput yang kita rasakan dalam dakwah ini.
Namun, kurasa, akulah yg salah. Yang tidak bisa mempergunakan waktuku dengan baik, yang tidak mampu amanah dalam segala amanah yang kupunya, yang masih tidak dapat berbuat yang terbaik untuk dakwah ini,
dan, ikhlas itu, ternyata, yang belum aku miliki..
Saat aku memutuskan untuk mundur dari rombongan ini, keputusan terberat dan tersulit yang kubuat, karena aku begitu mencintai tempat ini, dakwah ini, karenaNya, karena rasanya ingin aku membalas semua nikmat dan hidayah yang telah Allah swt berikan kepadaku, melalui perantara dakwah ini, namun kekhawatiran tidak bisanya ku berbuat tawazun akan waktu yg kupunya, membuatku harus memutuskan. Sakit rasanya.
Entah mengapa semakin sakit saat melihat nama-nama kafilah baru itu, sedangkan aku tidak termasuk di dalamnya. Sakit. Ada perasaan aneh, aku tidak tahu apa.
Namun, ku menduga, itu ikhlas. Keikhlasan ku dipertanyakan.
Awalnya, aku mungkin sedih dan sakit karena tidak lagi bisa berkontribusi di dakwah ini, namun setelah itu sakit ini berubah menjadi sakit karena kecewa tidak lagi mendapat pandangan manusia dan dunia, bukan ridho Allah. Aku baru saja menyadarinya. Belajar mengeja kata ikhlas, kemudian menerapkannya. Mengambil hikmah dari kisah batu bata, dan aku tak perlu jadi yang terlihat dalam dakwah ini, cukup kontribusi sekuat tenagaku dalam menguatkan pondasinya. Ya, dan aku bertekad. Kulakukan semampuku, setawazun yang kubisa, seikhlas yang baru kupelajari, karena aku mencintai dakwah ini, dan masih ingin menjadi bagian dari rombongan kafilah perindu surga..
-satudarisekianresolusidi2012-
0 komentar:
Posting Komentar