PATOFISIOLOGI
SISTEM SARAF
Disusun
oleh: Selvi Dwi Cahyaningsih /
1204017044 / Konversi 2012
I. Bidang dasar sistem saraf
Sistem saraf adalah sekumpulan serabut sel-sel
saraf, atau neuron-neuron. Sel-sel
ini merupakan sel-sel dengan prosesus percabangan yang panjang (serabut saraf)
yang dapat mengirimkan impuls saraf. Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian:
1.
Sistem
saraf pusat (SSP) yang terdiri atas:
·
Dua hemisfer serebrum
·
Serebelum
·
Batang otak
·
Medulla spinalis
2.
Sistem saraf perifer yang terdiri atas
seberkas
serabut saraf
yang ke luar dari SSP yang menjalar
ke seluruh tubuh
sebagai saraf perifer. Saraf-saraf
tersebut adalah:
·
Saraf-saraf kranial
12
pasang saraf timbul dari batang otak untuk
mempersarafi
sebagian besar kepala dan leher.
·
Saraf-saraf spinal
31
pasang saraf yang timbul dari medulla spinalis
untuk
mempersarafi batang tubuh dan anggota
gerak.
Secara fungsional, sistem saraf dibagi menjadi:
1.
Sistem saraf somatis
Yang
berhubungan dengan impuls ke anggota gerak
dan
dinding tubuh
2. Sistem
saraf autonom
Yang berhubungan dengan
impuls visera dan ke pembuluh darah.
Banyak
neuron-neuron secara individual menembus batasan pembagian ini dan sistem saraf
berfungsi dalam koordinasi dan cara yang menyatukan.
II. Neuron
Neuron merupakan unit fungsional dari sistem saraf.
Neuron terdiri atas badan sel, yang
mempunyai nukleus yang dikelilingi oleh protoplasma, dan dilapisi oleh membran
sel, dan serabut saraf, yang
biasanya merupakan akson tunggal panjang yang menghantarkan impuls menjauhi
badan sel, dan beberapa dendrit kecil yang menerima masukan impuls.
Serabut saraf yang
lebih besar biasanya bermielin dan diselingi nodus pada setiap millimeter atau
lebih. Saraf perifer dikelilingi oleh sel-sel
Schwann yang khusus. Sel-sel ini menghasilkan selaput mielin sehingga
memungkinkan terjadinya perbaikan serabut saraf. Tidak terdapat sel-sel Schwann
pada SSP, dengan demikian tidak memungkinkan adanya perbaikan jika terdapat
kerusakan di SSP. Di dalam SSP neuron disokong dan diberi makan oleh sel-sel glia yang khusus antara lain sel
satelit, sel oligodendrosit, sel astrosit, sel mikroglia, dan sel ependim.
Macam-macam neuron:
1. Neuron
sensorik (afferent), berfungsi menerima rangsang dan meneruskan ke saraf pusat
2.
Neuron konektor (interneuron), berfungsi
menghubungkan antara neuron sensorik dan motorik
3.
Neuron motorik (efferent), berfungsi
mengirimkan respon dari saraf pusat ke efektor.
III.
Transmisi impuls saraf
Impuls
akan dirambatkan di sepanjang neuron sampai ke saraf pusat untuk diolah. Namun
antara neuron yang satu dengan yang lain itu tidak bersambung/ menempel,
melainkan ada celah. Jika ada celah, maka impuls tidak akan bisa sampai ke
saraf pusat. Jadi diperlukan suatu struktur khusus agar impuls bisa tetap
sampai ke saraf pusat. Struktur itu adalah Sinapsis.
Penghantaran impuls pada sinaps:
1.
Impuls sampai di ujung akson pra sinaps
2.
Terjadi eksositosis vesikel neurotransmiter
3.
Neurotransmiter keluar di celah sinaps
4.
Neurotransmiter berenang menuju dan menempel di
reseptornya, di neuron pasca sinaps
5.
Menempelnya neurotransmiter pada reseptornya
mengakibatkan terjadinya depolarisasi neuron pasca sinaps, shg terbentuk
impuls baru
6.
Impuls yg terbentuk akan dirambatkan sampai ke
SSP
|
IV. Sistem Saraf Pusat
Otak
1.
Otak terdiri dari dua
belahan. Mempunyai permukaan yang berlipat-lipat untuk memperluas permukaan
sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf. Bagian dalamnya berwarna putih
berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan
sel saraf.
|
2.
Medulla
spinalis
Potongan
melintang medulla spinalis memperlihatkan bahwa saraf-saraf spinal dibentuk
dari dua radiks saraf, yaitu radiks posterior (dorsal/sensoris), dan radiks
anterior (ventral/motorik).
|
V. Sistem Saraf Perifer
Saraf pusat bertugas mengolah informasi,
sedangkan yang bertugas menangkap/menerima rangsang dan meneruskan tanggapan
adalah saraf tepi/ saraf perifer. Saraf
perifer disusun oleh saraf otak (kranial) dan saraf medulla spinalis (spinal).
1. Saraf
sensoris (saraf aferen) disebut
juga sel saraf indera, karena berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari indera
ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)
2. Saraf
motoris (saraf eferen) berfungsi membawa rangsangan
(impuls) dari pusat saraf ke otot atau kelenjar berupa respon.
·
Saraf volunter/somatik/sadar yaitu
sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau
dibawah koordinasi saraf pusat atau otak
·
Saraf involunter/otonom/tidak sadar
berperan dalam mengendalikan tubuh yang tidak kita sadari, seperti denyut
jantung, gerakan-gerakan pada saluran pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Dibagi menjadi dua
berdasarkan posisi ganglion : simpatis (ganglion menempel pada sumsum tulang
belakang) dan parasimpatis (menempel pada organ yang dibantu).
VI. Kelainan dan penyakit pada sistem saraf
manusia
1.
Neuritis : peradangan pada saraf,
melibatkan satu atau sekumpulan saraf yang disebabkan kelebihan asam tubuh
kronis, dimana asam pada darah dan cairan tubuh lain berlebih. Semua cairan
tubuh seharusnya basa pada setiap reaksi. Bisa juga karena kekurangan gizi,
atau gangguan metabolisme seperti kesalahan metabolisme kalsium, kekurangan
beberapa vitamin B seperti B12, B6, B1, asam pantotenik dan B2. Gejala : rasa
kesemutan/terbakar/tertusuk pada saraf yang terpengaruh, pada beberapa kasus
menyebabkan mati rasa, lumpuh, dan kesulitan berjalan.
2. Parkinson
: penyakit kemunduran otak akibat
kerusakan bagian otak yang mengendalikan otot. Gejala: tubuh selalu gemetar,
sakit dalam berjalan dan bergerak, dan berkoordinasi.
3. Stroke : kerusakan pada otak akibat
pecah/tersumbatnya pembuluh darah pada bagian kepala. Gejala: Biasanya terjadi secara
tiba-tiba, beberapa detik sampai menit, dan pada kebanyakan kasus tidak
berlanjut lebih jauh. Gejala yang terlihat sesuai dengan daerah otak yang
terpengaruh. Semakin lebar luas daerah yang terpengaruh, semakin banyak juga
fungsi yang hilang.
4. Meningitis
: peradangan pada selaput pembungkus
otak yaitu meninges yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitis atau virus lainnya.
5. Epilepsi
: kelainan pada neuron-neuron di
otak akibat kelainan metebolisme, infeksi, toksin, atau kecelakaan sehingga
penderita tidak dapat merespon rangsang saat kambuh.
6. Alzheimer : gangguan saraf berupa penurunan
kemampuan mengingat.
7. Afasia : kehilangan daya ingat karena kerusakan
pada otak besar bagian tengah
8. Ataksia : penyakit degeneratif akibat
mengecilnya otak kecil. Gejala: kesulitan mengontrol gerak tubuh.
9. Transeksi : gangguan pada sistem saraf terutama
medulla spinalis karena jatuh atau tertembak sehingga penderita akan kehilangan
segala rasa.
10. Multiple schlerosis
: penyakit saraf kronis yang
mempengaruhi SSP sehingga dapat menyebabkan gangguan organ seperti rasa sakit,
masalah penglihatan, sampai kelumpuhan.
11.
Hidrocephalus
: pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang terkumpul di otak akibat
peradangan serebrospinal.
DAFTAR
PUSTAKA:
1.
Anatomi
fisiologi, Kelenjar endokrin dan sistem persyarafan, Edisi 2, Cambridge
Communication Limited, EGC, Jakarta, 1998.
2.
www.scribd.com/kelainan-pada-sistem-saraf/