Kajian Ramadhan DKM Asy Syifa
RS Pusat Otak Nasional
Oleh: Ust. Dr. Wido Supraha (Komisi Ukhuwah MUI Pusat)
Di hari kelima Ramadhan 1439 H, mengapa tema kajian yang dipilih adalah tentang keluarga? Adakah kaitan antara keluarga dengan puasa / bulan ramadhan?
Mari kita lihat QS Al Baqarah ayat 187:
“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.”
Pada ayat tersebut tidak hanya menerangkan tentang puasa, namun juga tentang keluarga. Riwayat pada zaman dahulu ternyata tidak diperbolehkannya melakukan hubungan suami istri pada bulan ramadhan. Hingga kemudian Allah swt menurunkan ayat ini:
“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istrimu..”
Dan di ayat berikutnya,
“... Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.”
Istri adalah pakaian bagi suami , begitu juga sebaliknya suami adalah pakaian bagi istri. Pakaian berarti sebagai penutup aurat, melindungi dari panas dan hujan, juga perhiasan dan kehormatan. Maka, suami adalah pelengkap bagi kekurangan-kekurangan istri. Itulah sebabnya dikatakan menikah adalah penggenapan separuh agama.
Kemudian ayat selanjutnya,
“Tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, ketika kamu beritikaf dalam masjid.”
Jadi, malam ke 1 sampai malam ke 20 diperbolehkan berhubungan suami istri, berikhtiar untuk mendapatkan anak namun dianjurkan agar pada malam ke 21 dan seterusnya diharapkan fokus ke ibadah yaitu beritikaf mencari lailatul qadr.
Tiga Visi Keluarga Surga
1. Imam (Pemimpin) bagi orang-orang bertakwa
“Dan orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” QS Al Furqan ayat 74
2. Melahirkan keluarga yang mencintai ilmu dan adab serta menjaga keluarga dari api neraka
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” QS At Tahrim ayat 6
3. Seluruh keluarga dan keturunan berkumpul di surga
“ Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” QS At Tur ayat 21
“ (Yaitu) orang-orang yang berdoa , “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka, (Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.” QS Ali Imran ayat 16-17
“dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” QS Az Zariyat ayat 18
Kedua ayat diatas berbicara tentang waktu sahur yang sangat dianjurkan untuk banyak beristifghfar dan melakukan dialog iman dengan keluarga. Jangan sampai waktu yang berharga tersebut diisi dengan kegiatan sia-sia seperti menonton acara televisi yang didalamnya tidak ada kebaikan.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Catatan seadanya dari hamba yang banyak kekhilafan. Ditulis ulang dengan sedikit penambahan kalimat, semoga tidak mengurangi atau melebihkan dari yang ustadz sampaikan. Materi yang sangat bagus, nggak nyesel dateng ke kajian kemarin. Sayang cuma sebentar. Di share di blog supaya suatu hari nanti saya dan keluarga bisa membacanya kembali. Semakin menguatkan visi berkeluarga. Kewajiban Ayah dan Bunda adalah menghadirkan generasi terbaik. Semoga Allah berkenan menjadikan saya seorang istri dan seorang ibu dan mewujudkan keluarga surga. Allahumma aamiin
“Selama perjalanan menuju pernikahan, tidak ada bekal yang lebih penting untuk engkau persiapkan melebihi niat dan ilmu” Mohammad Fauzil Adhim