Allah berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Bila ditengok pada awal kejayaan Islam, figur-figur yang tampil memainkan peranan dalam panggung sejarah memang didominasi oleh kaum pria. Namun, pada masa itu kaum muslimah pun ikut memainkan peranan dalam segala aspek kehidupan. Mereka adalah wanita-wanita sholehah yang rela mengorbankan apa saja yang mereka miliki demi Islam. Mereka rela menanggung penderitaan berupa penganiayaan, siksaan bahkan kematian demi mempertahankan aqidahnya.
Untuk meneladani peranan mereka pada masa itu, perlulah kita melihat kembali bagaimana profil wanita-wanita muslimah pada zaman Rasulullah melalui penelusuran sejarah hidup istri Nabi, putri dan shahabiyah yang hidup di sekitar Rasulullah.
Setiap wanita yang memasuki kehidupan Rasulullah saw dan para shahabiyah yang dididik oleh Rasul adalah wanita yang lain daripada yang lain. Mereka adalah wanita muslimah yang bertaqwa, shalihah, melaksanakan ketentuan dan perintah Tuhannya, berusaha seoptimal mungkin mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat, bersegera melakukan kebaikan dan berlomba-lomba mendapatkan amal shalih. Rela berkorban harta, ilmu, jiwa bahkan raga demi tegaknya keadilan dan kebenaran.
Khadijah binti Khuwailid
Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Istri mukminah yang besar cintanya inipun tampil memberikan segenap bantuan dan pertolongannya kepada Nabi, suami tercinta. Dengan setia dia menolong suami dalam menanggung beban yang amat berat akibat ejekan yang begitu kejam. Tidak ada kesedihan dan kegundahan oleh penolakan kaum terhadap dakwah Rasul, karena Khadijah selalu tampil, menguatkan dan memotivasi diri Nabi. Bahkan ketika kaum muslim menghadapi berbagai gangguan yang begitu berat, Khadijah tampil bagaikan gunung yang berdiri tegar. Hal ini karena ia memahami betul firman Allah,
“Alif laam miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja untuk mengatakan: ‘Kami beriman,’ sedang mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut 1-2)
Khadijah tetap tegar dan tidak putus asa. Setiap langkahnya selalu merfleksikan firman Allah,
“Kalian sungguh-sungguh akan diuji dalam harta dan jiwa kalian. Kalian juga benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian (Yahudi dan Nasrani) dan dari orang-orang musyrik, gangguan dan cercaan yang banyak. Jika kalian bersabar dan bertaqwa, sesungguhnya sikap kalian yang demikian itu memang termasuk hal yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran 186)
Aisyah binti Abu Bakar.
Aisyah adalah seorang wanita yang telah membuktikan kepada dunia sejak 14 abad yang lalu bahwa seorang wanita memungkinkan untuk lebih pandai daripada kaum laki-laki dalam bidang politik atau strategi perang.
Az-Zuhri berkata, “Seandainya ilmu semua wanita disatukan, lalu dibandingkan dengan ilmu aisyah, tentulah ilmu aisyah lebih utama daripada ilmu mereka.”
Selain itu, aisyah adalah seorang istri yang paling berjiwa mulia, dermawan, dan sabar dalam mengarungi kehidupan bersama Rasulullah yang serba kekurangan.
Fathimah Az-Zahra binti Muhammad
Dengan didikan langsung Rasulullah, Fathimah tumbuh menjadi seorang wanita yang selalu menjaga kehormatan dan kesucian dirinya, menyenangi kebaikan,dan berakhlak mulia.
Asma binti Abu Bakar
Asma adalah seorang wanita pemberani dan tidak takut celaan orang-orang yang mencela selama ia berada di jalan yang benar. Ia bahkan pernah ikut dalam perang yarmuk, serta pernah juga merasakan penyiksaan dari musuh Allah, Abu Jahal, hingga menerima pukulan Abu jahal yang memerahkan pipinya karena tidak bersedia menunjukkan tempat persembunyian ayahnya.
Mereka adalah wanita-wanita sholehah yang tidak hanya berjuang dijalan Allah, tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Namun, tidak mudah untuk menjadi wanita sholehah seperti mereka, butuh kerja keras dan kesabaran dalam belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, para iblis dan musuh Islam telah mengetahui sepak terjang dan peran penting wanita muslimah dalam membangun masyarakat muslim. Para musuh Islam telah menemukan jalan terbaik untuk menghancurkan Islam, yaitu dengan menghancurkan aqidah wanita muslimah. Cara ini dibalut dengan berbagai istilah menipu seperti emansipasi, modernisasi ataupun banyak slogan lain yang menyesatkan.
Salah seorang pemimpin dari negeri Imprealis mengatakan, “Minuman keras dan kecantikan wanita lebih mampu menghancurkan umat Muhammad daripada seribu senjata.”
Ataupun perkataan seorang pembesar misionaris yang mengatakan, “Kita harus berusaha menghancurkan wanita muslimah, kapan saja kita bisa berhadapan dengan mereka. Hiasilah perilakunya dengan segala sesuatu yang haram. Saat itulah kita bisa menghancurkan agama mereka.”
Wanita diibaratkan seperti senjata yang bermata dua. Apabila mereka baik dan menunaikan fungsi dasar sesuai dengan garis besar yang telah ditetapkan kepadanya, niscaya akan terbangun masyarakat Islam yang berakhlak mulia. Akan tetapi, apabila wanita menyimpang dari fungsi dasar yang telah digariskan Islam kepadanya, berjalan pada jalur kesesatan, dan jauh dari jalan kebaikan, saat itulah wanita menjadi senjata yang dapat merusak dan menghancurkan masyarakat.
Oleh karena itu Rasulullah saw telah mengingatkan umatnya tentang bahaya wanita yang menyimpan dari kodratnya. Hal ini dikarenakan modernisasi dan globalisasi, sehingga wanita muslimah era modern menganggap hal-hal yang mereka lakukan adalah benar padahal hal-hal tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam.
Berpakaian tapi telanjang
Dari Ummu Salamah r.a: Pada suatu malam, Rasulullah saw bangun tidur lalu berkata, “Tiada Tuhan selain Allah. Fitnah apa yang diturunkan pada malam ini? Pusaka apa yang diturunkan pada malam ini? Siapakah orang yang telah membangunkan para penghuni kamar? Berapa banyak perempuan berpakaian di dunia tetapi telanjang kelak di akhirat?” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a: Rasulullah bersabda, “Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah kulihat. Pertama, sekelompok orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang digunakan untuk menyiksa orang lain. Kedua, perempuan yang berpakaian tapi sebenarnya mereka telanjang. Kepala mereka seperti punuk unta dan berlenggak-lenggok. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya, padahal wangi surge bisa tercium dari jarak perjalanan sekian…” (HR. Muslim)
Hadits diatas menjelaskan bahwa ada sekelompok perempuan yang memiliki sifat-sifat nista, memperlihatkan aurat, tidak menjaga kesucian diri, menghembuskan fitnah kepada orang-orang beriman, memikat hati orang-orang yang lemah iman, dan membangkitkan syahwat dengan cara yang tidak benar. Mereka kelak akan mendapatkan murka Allah dan laknat seluruh penghuni bumi.
Bagaimana perempuan berhias
Dari Anas bin Malik r.a: Rasulullah saw melaknat kaum laki-laki yang suka berdandan menyerupai perempuan dan kaum perempuan yang suka menyerupai laki-laki. Nabi saw bersabda, “Keluarkanlah mereka dari rumah kalian.!” Kemudian, beliau mengeluarkan si Fulan dan ‘Umar mengeluarkan si Fulan. (HR. Ahmad)
Pada dasarnya, perempuan terikat dengan fitrah atau karakter penciptaannya. Karena itu, hanya dengan alasan untuk mempercantik diri dan mengenakan perhiasan, maka perempuan tidak sepantasnya berdandan menyerupai laki-laki. Perempuan juga tidak semestinya berdandan melampaui batas dengan mengubah penampilan asli, seperti menyambung rambut ataupun meluruskan rambut.
Dari Imran bin Al-Hushain: Rasulullah saw bersabda, “Ketahuilah, parfum bagi laki-laki adalah yang tidak berwarna tetapi wanginya kuat,. Ketahuilah, parfum bagi perempuan adalah yang berwarna tetapi wanginya lembut.” (HR Abu Dawud)
Interaksi perempuan dengan laki-laki
Dari Uqbah bin ‘Amr r.a: Rasulullah saw bersabda, “Waspadalah, jangan menemui kaum perempuan.” Seorang laki-laki anshar bertanya, “walaupun ia saudara ipar?” Nabi menjawab, “menemuinya seperti menemui kematian.” (HR. Ahmad, Bukhari, Tirmidzi)
Islam memberikan perhatian yang begitu besar dalam memuliakan kaum perempuan dan menjaga kaum perempuan dari gossip yang menyesatkan. Islam juga melarang perempuan berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrim karena bisa menjerumuskan pada perbuatan haram.
Dengan sedikitnya jumlah kaum laki-laki di dunia yang mencapai perbandingan 1:3 terhadap wanita, bukan berarti hilangnya peran laki-laki dari perjuangan jihad fii sabilillaah, namun bukan berarti juga mendominasinya peran kaum wanita. Wanita dapat memegang peranan penting dalam dakwah Islam dengan tetap berkiprah sesuai dengan kapasitas dan fitrahnya. Dan dengan terobatinya krisis figure teladan di era modern ini, akan lahir muslimah-muslimah dengan akhlak dan aqidah yang baik, yang dapat menjadi pembangun peradaban masyarakat Islam dan kembalinya kejayaan Islam, di kampus Farmasi khususnya.
Al-Istanbuli Mahmud Mahdi, Musthafa Abu Nashr Asy-Syilbi. 2003. Wanita Teladan Istri-istri, Putri-putri, dan shahabat wanita Rasulullah. Bandung. Irsyad Baitus Salam
Al-Syaikh Badwi Mahmud. 2009. 100 Pesan Nabi untuk Wanita. Bandung. PT Mizan Pustaka
www.google.com