Minggu, 22 Januari 2017

Obat Untuk Kegawatdaruratan Medis (KDM) Bagian Pertama

A. Obat KDM pada ASMA

Pada pasien yang hipoksia karena asma, intervensi pertama adalah diberikan oksigen. Hipoksia yang berat atau serangan status asmatikus (acute severe asthma) yang panjag, intubasi endotrakea mungkin diperlukan.  Sebagai tambahan pemberian oksigen terutama bronkospasme karena asma atau chronic obstructive pulmonary disease  (COPD) adalah pemberian bronkodilator. Bronkodilator yang sering digunakan adalah beta-2-adrenergik, derivat xantin, dan obat antikolinergik.

1. Beta-2-adrenergik
Beta-2-adrenergik merupakan terapi lini pertama untuk asma akut. Epinefrin termasuk dalam kelompok ini. Epinefrin merupakan suatu katekolamin yang dapat menyebabkan dilatasi bronkus dan mengurangi pelepasan histamin sehingga mengurangi alergi dan inflamasi. Namun Epinefrin memiliki efek samping yang tidak diinginkan yaitu tremor, takikardi, dan disritmia. Pada pasien dengan usia lebih dari 40 tahun dapat menyebabkan iskemia karena meningkatkan frekuensi dan kekuatan denyut jantung serta resistensi vaskuler.

Pilihan terapi pada COPD adalah beta-2-agonis selektif dalam sediaan aerosol, karena bekerja cepat, selektif hanya menyebabkan dilatasi bronkus dan tidak menimbulkan efek samping sistemik.

Salah satu profil obat diatas adalah salbutamol (Ventolin nebules).

Ventolin nebules (salbutamol 0,1%, 1 mg salbutamol, as the sulphate, in 1ml)

-Farmakodinamik
Salbutamol merupakan beta-2-agonis selektif. Dalam dosis terapeutik salbutamol berperan sebagai beta-2 adrenoseptor pada bronkus.

-Farmakokinetik
Salbutamol yang diberikan secara intravena memiliki waktu paruh 4 sampai 6 jam dan dieksresikan sebagian melalui ginjal dan termetabolisme menjadi inaktif 4-0-sulfat (fenolik sulfat) yang mayoritas dieksresikan melalui urin dan sedikit melalui feses dalam waktu 72 jam. Salbutmol terikat pada protein plasma sebanyak 10%.

-Cara penggunaan ventolin nebules
Pelarutan: ventolin nebules dapat dilarutkan dengan cairan normal salin steril.

1. Siapkan ventolin nebules
2. Ambil satu ventolin nebules dan buka dengan cara memutar bagian kepala secara perlahan
3. Setelah nebules terbuka, tekan bagian badan nebules dan keluarkan cairan nebules ke dalam reservoir nebulizer yang telah berisi pelarut
4. Kocok reservoir secara perlahan untuk mencampurkan larutan
5. Gunakan nebulizer seperti yang dianjurkan.

2. Derivat Xantin
Derivat Xantin adalah kafein, teofilin, dan teobromin. Efektivitas teofilin hanya 1/3-1/4 dari beta-2-agonis. Namun kadang ada sediaan kombinasi dari salbutamol dan teofilin (Teosal /Teofilin salbutamol 80, 100).

3. Antikolinergik
Ipatropium bromide dapat diberikan secara inhalasi dengan frekuensi yang lebih sering dan telah lama digunakan untuk terapi COPD. Tetapi karena efek sampinya yang relatif lebih banyak maka penggunaannya telah dibatasi. Namun jika diberikan bersamaan dengan beta-2-agonis maka akan meningkatkan bronkodilatasi dengan efek sampung yang minimal. Salah satu sediaan Ipatropium bromide adalah Combivent udv.

Sumber:
1. Priyanto. 2009. Toksikologi. Penerbit Leskonfi. Depok.
2. Brosur Ventolin nebules, Glaxo Smith Kline.

0 komentar:

Posting Komentar